THE POWER OF NIAT

\"\"
KH Imam Ghazali, S.Ag. (Ketua Pokjaluh Pamekasan)

Rasulullah ﷺ bersabda :

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

\”Sesungguhnya segala perbuatan itu bergantung pada niatnya (1), dan setiap orang akan mendapatkan apa yang diniatkannya (2).\” (HR Bukhari dan Muslim)

Makna kalimat pertama, yaitu segala perbuatan yang dilakukan manusia akan diberikan balasan sesuai dengan apa yang diniatkannya. Jadi, niat adalah inti dari sebuah perbuatan yang menjadi tolok ukur baik buruknya perbuatan tersebut.

Dalam Fiqih, niat menempati rukun pertama. Jika tidak berniat, maka ibadahnya tidak sah dan harus mengulanginya lagi. Saat di Yaumul Hisab, hanya niat yang menjadi penentu apakan amal tersebut masuk ke dalam amal baik atau amal buruk. Karenanya, niat lebih utama dibandingkan amal itu sendiri.

Dalam hadits riwayat Imam Baihaqi Nabi Muhammad ﷺ bersabda :

نِيةُ المُؤْمِنِ خَيْرٌ مِنْ عَمَلِهِ

“Niat seorang mukmin lebih utama dari pada amalnya.”

Al-allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam Risâlatul Mu‘âwanah wal Mudzâharah wal Muwâzarah berkata bahwa syarat niat itu adalah:

1. Berniat kebaikan dan mengerjakannya

Orang yang berniat melakukan suatu amal kebaikan lalu mengamalkannya, maka orang tersebut akan diberikan pahala berlipat-lipat, mulai dari 10 kebaikan, 700 kebaikan, dan seterusnya. Hal ini didasarkan dari hadist Nabi Muhammad ﷺ yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim yang artinya sebagai berikut

“Dan apabila seseorang berniat melakukan sesuatu kebaikan lalu mengamalkannya, Allah ‘azza wa jalla akan mencatat pahalnya di sisi-Nya sebagai perbuatan 100 kebaikan sampai 700, bahkan berlipat-lipat ganda banyaknya.”

2. Berniat kebaikan tetapi tidak jadi melakukannya

Orang tersebut diberikan pahala 1 kebaikan saja. Hal ini didasarkan dari hadits Nabi Muhammad ﷺ yang diriwayatkan Bukhari dan Musli :.

“Apabila seseorang berniat melakukan sesuatu kebaikan lalu tidak jadi melaksanakannya, Allah akan mencatat pahalanya di sisi-Nya satu kebaikan sempurna.”

3. Berniat kebaikan tetapi tidak mampu melakukannya

Orang tersebut akan mendapatkan pahala sebagaimana orang yang mampu melakukannnya.

Saat seseorang telah berniat melakukan kemaksiatan tetapi urung melakukannya, ia akan mendapatkan pahala dari Allah karena telah mengurungkan niatnya.

Nabi Muhammad ﷺ “Dan bila seseorang berniat melakukan suatu kejahatan lalu ia tidak melaksanakan, Allah akan mencatat pahalanya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan sempurna, dan bila ia berniat melakukan suatu kejahatan kemudian melaksanakannya pula, maka Allah akan mencatatnya di sisi-Nya sebagai satu kejahatan.” (HR. Bukhari – Muslim)

Dari Al-Habib Muhammad Al-Haddar r.a., berkata Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthos r.a.

Jika seseorang tidak mampu mengucapkan sejumlah niat atas amal perbuatan yang dilakukan, maka ucapkanlah:

Aku berniat sebagaimana niatnya orang shaleh terdahulu ketika :
Saat akan makan
Saat akan minum
Saat akan berangkat kerja
Dan semua pekerjaan (mubah).

Karena para kaum shaleh setiap melakukan sebuah perbuatan diniatkan yang baik, sehingga amalan mubah sekalipun akan bernilai ibadah.

Allahu A’lam Bish-Shawab
Dan semoga bermanfaat

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *