
Moderasi adalah Semangat yang menggelora yang secara terus menerus diperjuangkan oleh Nabi Muhammad Saw. Yaitu semangat kesetaraan dan semangat kebhinekaan. Semangat ini terus berlanjut menjadi suatu perjuangan yang sampai kini mesti diperjuangkan, sebab pada kenyataannya spirit ini bukanlah hal yang mudah untuk di implementasikan. Rasulullah sudah terlebih dahulu memberikan keteladanan ini sejak 14 abad yang lalu. Spirit ini diperjuangkan oleh Nabi berdasarkan pesan fundamental yang termaktub dalam ayat-ayat suci al-Quran bahwa manusia sama dihadapan Tuhan, tak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, tua maupun muda, kaya atau miskin semuanya memiliki posisi yang sama, yang membedakan hanyalah ketaqwaan yang memang hal tersebut harus diperjuangkan oleh masing-masing pribadi sebagai bentuk bukti kecintaanya terhadap Tuhan.
Dalam kenyataan sosial kita diperhadapkan dengan berbagai problem ketimpangan dan ketidak adilan. Keringnya pemahaman agama yang komprehensif sampai pada egoisme dari berbagai kelompok yang menutup diri dari kebenaran. Parahnya agama dijadikan sebuah dalih untuk klaim kebenaran (truth claim) oleh sebagian kelompok demi sebuah kepentingan.
A.N Wilson memberikan tanggapan kritis, menurutnya \”Lebih benar lagi kalau mengatakan bahwa cinta Tuhan adalah akar dari segala kejahatan, agama adalah tragedi umat manusia, ia mengajak pada yang paling mulia, paling murni dan paling tinggi dalam jiwa manusia, namun, hampir tidak ada sebuah agama yang tidak bertanggung jawab atas berbagai peperangan, tirani dan penindasan kebenaran, Marx melukiskan agama sebagai candu, namun agama jauh lebih parah dari candu, agama tidak membuat orang tertidur, agama mendorong para pelakunya untuk menganiaya, mengagungkan perasaan dan pendapat sendiri atas orang lain untuk mengklaim bagi diri mereka sendiri sebagai pemilik kebenaran.\”
Pernyataan A.N Wilson tersebut memberikan sebuah cermin tentang bagaimana wajah agama yang kering yang dipahami oleh berbagai kalangan. dan pemahaman agama yang demikian akan membawa pada sebuah pemikiran yang radikal. Pemikiran radikal sendiri akan membentuk sebuah aliran demi mempertahankan dirinya dari kemungkinan ancaman-ancaman. dan radikalisme sendiri sering dikaitkan dengan Islam, padahal secara subtansial tidak ada sebuah agama manapun yang mengajarkan kekerasan termasuk Islam. Islam adalah agama rahmatan lil \’alamin, pernyataan ini sangat tegas dan tandas dinyatakan dalam al-Quran, namun, aksi kekerasan sering kali menjadi perilaku bagi pemeluk agama itu sendiri, bahkan ada sebagian kelompok yang membenarkan kekerasan mengatasnamakan agama itu sebagai sesuatu aksi amar ma\’ruf nahi mungkar tanpa memahami esensi sejatinya, sehingga muncullah sebuah labelling Islam Radikal.
umumnya para penganut Islam Radikal ini berpandangan bahwa umat Islam telah menyimpang dari ajaran Islam yang murni, sehingga praktik keagamaan mereka harus dikembalikan pada tradisi dan ajaran salaf. dari sinilah muncul sebuah Truth claim sehingga kelompok ini cenderung eksklusif dan terkadang melakukan tindak kekerasan dengan dalih menegakkan kebenaran. dan tentunya pandangan seperti ini keliru sebab agama mengajarkan tentang kesetaraan, kemanusiaan dan kebhinekaan. dalam hal ini Cak Nur pernah mengungkapkan bahwa \’ketuhanan tanpa kemanusiaan terkutuk oleh Tuhan itu sendiri dan kemanusiaan tanpa keTuhanan adalah bagaikan fatamorgana\’.
Dari ungkapan Cak Nur tersebut terdapat dua dimensi yang penting yang harus dilakukan oleh para pemeluk agama secara beriringan, yakni dimensi keTuhanan dan dimensi kemanusiaan. Betapa pentingnya dimensi kemanusiaan ini untuk dijadikan sebagai sebuah spirit perjuangan, sebagaimana perjuangan Rasulullah dahulu selama bertahun-tahun, dan bahkan dakwah Rasulullah selama 13 tahun di Mekah tentang kemanusiaan ini tidak banyak masyarakat yang tertarik bahkan ditolak dengan alasan masyarakat Arab pada masa itu tidak mau menerima sebuah prinsip kesetaraan yang di dakwahkan oleh Nabi dimana pada saat itu masyarakat Arab hidup dalam sebuah kelompok keluarga (kinship group) dengan tradisi Patriarkat, sebuah tradisi yang lebih mementingkan kelompok laki-laki dan diskriminasi terhadap kaum perempuan. Tradisi seperti itu sangat terlihat jelas dari sikap bangsa Arab saat anak perempuan yang lahir di anggap sebagai aib. masyarakat Arab yang menganut tradisi patriarkat tersebut tidak mau kehilangan kemuliaan dirinya dengan menganggap semua manusia sama, bagi mereka kaum laki-laki lebih tinggi dari perempuan, budak-budak diperlakukan sebagaimana binatang sebab menurut mereka kehidupan mereka tidak setara dan tidak boleh di persamakan. Rasulullah hadir dengan pemikiran-pemikiran moderennya untuk membuat sebuah pembaharuan di tengah-tengah masyarakat jahiliyah yang hal tersebut sangatlah tidak mudah dilakukan. butuh perjuangan secara continue dengan kesabaran yang extra lebih untuk supaya cita-cita keIslaman rahmatan lil \’alaimin dapat tercapai.
Perjuangan Nabi yang membawa misi Islam Rahmatan lil \’alamin secara continuitas tetap diperjuangkan oleh berbagai kalangan dengan memerangi pemikiran-pemikiran radikal yang salah satunya yaitu menggemakan moderasi beragama dan kesetaraan manusia. Tak heran jika tema ini sampai kini masih tetap eksis sebab hal tersebut bersentuhan secara langsung dengan kehidupan manusia. moderasi beragama berarti sebuah sikap hidup yang tidak tiranik melampaui batas) dan tidak memaksa-maksa. Menurut Nurcholish Madjid jalan hidup berdasarkan iman kepada Tuhan adalah kebalikan dari sikap memaksa-maksa sehingga iman kepada Tuhan sebagai jalan hidup menghasilkan moderasi atau sikap \”tengah\” dan tanpa ekstrimitas. hal ini memiliki keterkaitan logis dengan sebuah prinsip kebebasan beragama. artinya jalan hidup moderasi beragama memberikan ruang kebebasan bagi setiap individu untuk memilih sendiri agama yang benar menurutnya tanpa adanya paksaan.
oleh karenanya prinsip kebebasan beragama adalah kehormatan bagi manusia dari Tuhan. sebab Tuhan telah dengan percaya terhdap manusia untuk memilih sendiri jalan hidupnya yang benar dan tentunya pilihan jalan hidup ini bukanlah tanpa risiko. Namun, sebagai manusia yang dewasa dan sikap hidup beragama yang dewasa, kita tak perlu lagi memiliki sebuah pandangan tentang diri yang paling benar dan cara hidup orang lain harus diluruskan, sikap beragama yang dewasa memberikan ruang bagi setiap manusia untuk bebas menjalankan agamanya masing-masing, dengan sikap toleransi, menghargai, dan menghormati sesama, dan hidup berdasarkan cinta kasih antar sesama manusia jauh lebih mampu untuk mencapai sebuah cita-cita perdamaian dari pada menutup diri dari perbedaan.