
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتُه
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلله الْحَمْدُ،
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَاْلحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا، لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَه صَدَقَ وَعْدَه وَنَصَرَ عَبْدَه وَأَعَزَّ جُنْدَه وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَه، لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَِللهِ اْلحَمْدُ،
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه ، اَلَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ،
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ: وَأَنفِقُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا تُلۡقُواْ بِأَيۡدِيكُمۡ إِلَى ٱلتَّهۡلُكَةِ وَأَحۡسِنُوٓاْۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ
Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Allahu Akbar 9 x wa lillahil hamd
Allahu Akbar kabiran wal-hamdulillahi katsiran wa subhanallahi bukratan wa ashilan. La ilaha illallahu wahdah, shadaqa wa’dah, wa nashara ‘abdah, wa a’azza jundahu wa hazamal ahzaba wahdah. La ilaha illallahu wallahu akbar. Allahu Akbar walillahil hamd.
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin. Asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluh. Allahumma shalli wa sallim ‘ala sayyidina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in. Fa ya ‘ibadallah, uwshikum bi taqwallah faqad fazal muttaqun.
Qalallahu ta’ala fil qur’anil ‘azhim:
“Wa anfiqu fi sabilillahi wa la tulqu bi aydikum ilat tahlukati wa ahsinu, innallaha yuhibbul muhsinin”.
Amma ba’du
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa Lillahil Hamd
Jamaah Iduladha dan keluarga yang dirahmati Allah Ta’ala
Dalam situasi merebaknya pandemi Covid-19 ini, kita selalu diminta untuk senantiasa menjaga diri agar terhindar dari penularan virus yang berbahaya tersebut. Ajakan menjaga diri ini adalah sejalan dengan perintah agama yang tertuang dalam al-Qur’an Surah al-Baqarah ayat 195:
وَلاَ تُلْقُوْا بِأَيْدِيْكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ
“Wa la tulquu bi aydikum ilat tahlukah”.
“dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan”
Menjaga diri dari kebinasaan dapat diartikan sebagai kepatuhan kita dalam mengikuti dan menaati anjuran kebaikan dari berbagai pihak, menjalankan protokol kesehatan di masa PPKM darurat, terutama yang memiliki otoritas seperti pemerintah dan pihak berkompeten lainnya agar kita semua terselamatkan dari wabah ini.
Rasulullah SAW juga mengajarkan kita bagaimana cara menghadapi wabah yaitu tidak memasuki ataupun keluar dari suatu wilayah yang ada penyakit menular tengah mewabah di dalamnya. Berbagai upaya yang dapat kita lakukan untuk mewujudkan nilai-nilai agama dalam merespons pandemi. Kita diminta untuk menjaga diri dengan cara menghindari wabah, menjaga pola hidup bersih, menjaga jarak fisik dengan orang lain (terutama yang tengah mengidap penyakit), dan terlebih menjaga stabilitas psikologis kita. Kita diminta untuk selalu optimis dengan situasi dan tidak panik. Ibnu Sina mengingatkan bahwa kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah awal kesembuhan.
Ajaran agama kita menekankan agar menghadapi wabah yang telah banyak menelan korban jiwa ini dengan tetap istiqamah menjaga pola hidup bersih dan sehat. Islam adalah agama yang identik dengan kebersihan, bahkan disebut sebagai separuh dari keimanan. Rajin mencuci tangan telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW bahwa ketika bangun tidur, tangan dicuci tiga kali sebelum mulai berwudhu. Rasulullah SAW mengajarkan untuk selalu menyempurnakan wudhu. Bahkan, ulama kita mengajarkan agar kita selalu dalam kondisi ada wudhu, meski tidak hendak shalat atau mengaji. Paling tidak, berwudhu adalah satu ritual dan kebiasaan yang berfungsi preventif terhadap tertularnya penyakit.
Upaya menjaga diri dari penyakit adalah ikhtiar kita yang dibarengi doa agar kita, keluarga, dan bangsa ini terselamatkan dari pandemi ini. Dengan berkah Iduladha atau Idulqurban atau Lebaran Haji ini, kita berharap situasi semakin membaik. Semoga kita semua termasuk dalam golongan ¬minal a’idin wal faizin!
Selamat Iduladha 1442 H.
Taqabbalallahu minna wa minkum
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تلِاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Barakallahu li wa lakum fil qur’anil karim
Wa taqabbalallahu minna wa minkum tilawatahu
Innahu huwas Sami’ul ‘Alim
(duduk sejenak)
BACAAN KHOTBAH KEDUA
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَِللهِ اْلحَمْدُ،
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَاْلحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا، لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَه صَدَقَ وَعْدَه وَنَصَرَ عَبْدَه وَأَعَزَّ جُنْدَه وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَه، لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَِللهِ اْلحَمْدُ،
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه ، اَلَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ،
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ: وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ إِلاَّ عَلَى اْلخَاشِعِيْنَ،
اَلّلهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ وَاْلفَحْشَاءَ وَاْلمُنْكَرَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ،
اَلّلهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاءِ،
رَبَّنَا اتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ،
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاْلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ،
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتُه
Allahu Akbar 7 x wa lillahil hamd
Allahu Akbar kabiran wal-hamdulillahi katsiran wa subhanallahi bukratan wa ashilan. La ilaha illallahu wahdah, shadaqa wa’dah, wa nashara ‘abdah, wa a’azza jundahu wa hazamal ahzaba wahdah. La ilaha illallahu wallahu akbar. Allahu Akbar walillahil hamd.
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin. Asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluh. Allahumma shalli wa sallim ‘ala sayyidina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in. Fa ya ‘ibadallah, uwshikum bi taqwallah faqad fazal muttaqun.
Qalallahu ta’ala fil qur’anil ‘azhim:
“Ya ayyuhal ladzina amanu, ista’inu bis-shabri was shalah wa innaha lakabiratun illa ‘alal khasyi’in”.
Allahumma idfa’ ‘annal bala’a wal waba’a wal fahsya’a wal munkar bi rahmatika ya Arhamarrahimin.
Allahuma ighfir lil muslimina wal muslimat wal mu’minina wal mu’minat al-ahya’I minhum wal amwat inna-Ka Sami’ud du’a’.
Rabbana atina fid dunya hasanah wa fil akhirati hasanah, wa qina ‘adzabannar.
Wa shallallahu ‘ala Muhammadin wal hamdulillahi Rabbil ‘alamin.
Wassalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
PANDUAN SALAT DAN KHOTBAH IDULADHA DI MASA PANDEMI
Ada tiga pendapat terkait hukum Salat Iduladha:
- Mazhab Hanbali menghukuminya fardhu kifayah;
- Mazhab Hanafi menghukuminya wajib; dan
- ulama Maliki dan Syafi’i menghukuminya sunnah mu’akkadah.
Dalam situasi normal, dianjurkan melaksanakan di tanah lapang atau masjid. Dalam situasi tidak normal seperti adanya wabah, dapat dilaksanakan secara berjamaah di rumah bersama keluarga meski jumlahnya tidak banyak. Bahkan, menurut Mazhab Syafi’i dan Hanbali dapat juga dilaksanakan secara sendirian (munfarid).
Pelaksanaan Salat Iduladha di masa pandemi, dapat dilaksanakan secara berjamaah maupun sendirian. Salat berjamaah dengan khotbah dapat dilakukan minimal oleh empat orang/jamaah. Jika kurang dari empat, maka Salat Iduladha dilaksanakan berjamaah tanpa khotbah. Jika sendirian, maka Salat Iduladha dilaksanakan sendirian tanpa khotbah.
Salat Iduladha, sendirian atau berjamaah dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
- Pelaksanaan salat mendahului khotbah;
- Salat Iduladha terdiri dari dua rakaat;
- Lafal niat sebagai makmum atau jamaah adalah ”ushalli sunnata ‘idil Adha rak’atayni ma’muman lillahi ta’ala,” sedangkan niat sebagai imam adalah ”ushalli sunnata ‘idil adha rak’atayni imaman lillahi ta’ala.” Jika sendirian, niatnya adalah ”ushalli sunnata ‘idil adha rak’atayni lillahi ta’ala.”
- Pada rakaat pertama setelah takbiratul ihram dan doa iftitah, diawali dengan 7 kali takbir; dan di antara dua takbir membaca subhanallahi walhamdulillahi wa lailaha illallahu wallahu akbar;
- Pada rakaat kedua setelah takbiratul intiqal (bangun dari sujud rakaat pertama) diawali dengan 5 kali takbir (Allahu Akbar); dan di antara dua takbir dibaca subhanallahi walhamdulillahi wa lailaha illallahu wallahu akbar;
Khotbah Iduladha:
- Hukum khotbah Iduladha adalah sunnat;
- Rukun dan syarat mengikuti khotbah Jumat;
- Dilaksanakan setelah salat Iduladha dua rakaat;
- Duduk di antara dua khotbah hukumnya disunnahkan, menurut Mazhab al-Syafi’i;
- Diawali dengan takbir (Allahu Akbar) sebanyak 9 (sembilan) kali, dan takbir (Allahu Akbar) sebanyak 7 (tujuh) kali di khotbah kedua.
- Terpenuhinya rukun khotbah, yaitu tahmid, shalawat, wasiat untuk bertakwa, membaca ayat al-Qur’an di khotbah pertama. Adapun di khotbah kedua terdiri dari tahmid, shalawat, wasiat untuk bertakwa, membaca ayat al-Qur’an, ditambah dengan doa untuk kebaikan dan keselamatan kaum muslimin dan muslimat. Di bagian berikut, terdapat sepuluh contoh khotbah yang dapat dibacakan.
- Jika menyampaikan materi uraian khotbah, maka hendaknya dengan redaksi yang mudah dipahami. Khusus di masa pandemi ini, khotbah disampaikan cukup dengan durasi yang singkat.
Teks Khotbah dan Panduan dikutip dari Buku Fikih Pandemi II NUO 2020
Naif Adnan
Penyuluh Agama Islam Fungsional Kec Pesanggrahan Kota Jakarta Selatan
Peneliti Nasaruddin Umar Office (NUO)