Hikmah Ibadah Puasa Menurut Izzuddin bin Abdus Salam

\"\"

Izzudin bin Abdus Salam adalah salah satu ulama mazhab Syafi’i yang dikenal dengan julukan sulthanul ulama’. Salah satu karya monementalnya adalah kitab maqhasid al-Shaum, sebuah kitab yang mengkaji tentang ibadah puasa bukan dari aspek hukum fiqh, tetapi lebih menekankan kepada aspek etika dan hikmah dibalik ibadah puasa tersebut.

Dalam kitabnya “Maqhasid al-Shaum” setebal 64 halaman, yang dicetak oleh Darul Fikr Damaskus, Izzuddin bin Abdus Salam, menyebutkan bahwa paling tidak ada tujuh hikmah dibalik ibadah puasa, yaitu:

  1. رفع الدرجات (mengangkat derajat)
    Diangkatnya derajat mereka yang berpuasa ditandai dengan; pertama, terbukanya pintu-pintu surga sebagai ungkapan atas banyaknya ketaatan yang dilakukan di bulan Ramadhan, dan ditutupnya pintu-pintu neraka sebagai ungkapan atas sedikitnya kemaksiatan yang di lakukan di bulan suci tersebut. Kedua, dalam hadits Qudsi, Allah berfirman, “Setiap perbuatan manusia itu miliknya, kecuali puasa, karena sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku lah yang akan membalasnya.” Ketiga, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Setiap amal anak adam dilipat gandakan pahalanya. Satu macam kebaikan diberi pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali. Allah عز وجل berfirman; ‘Selain puasa, karena puasa itu adalah bagi-Ku dan Akulah yang akan memberinya pahala. Sebab, ia telah meninggalkan nafsu syahwat dan nafsu makannya karena-Ku.”
  2. تكفير الخطيئات (menghapus dosa)
    Hikmah ibadah puasa sebagai penghapus dosa didasarkan pada Hadits Nabi Muhammad SAW, “ من صام رمضان ايمانا واحتسابا غفر له ماتقدم من ذنبه
    “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
  3. كسر الشهوات ( mengalahkan syahwat)
    Puasa pada dasarnya adalah melatih mengendalikan diri. Logikanya, apabila mereka yang berpuasa mampu menahan diri dari perkara yang dibolehkan karena taat kepada Allah, maka tentunya akan terlatih mengendalikan diri dari perkara yang diharamkan.
  4. تكثير الصدقات ( memperbanyak sedekah)
    Mereka yang berpuasa merasakan lapar dan mengingat rasa lapar tersebut. Rasa lapar itulah yang menurut Izzuddin bin Abdus Salam mendorong mereka yang berpuasa untuk memberi makan pada mereka yang kelaparan. Hal ini dikuatkan oleh kisah dalam sejarah bahwa Nabi Sulaiman dan Nabi Yusuf tidak makan hingga semua orang yang meniliki hubungan dengannya (keluarga atau rakyatnya) makan.
  5. توفير الطاعات (memperbanyak/ meningkatkan ketaatan)
    Menurut Izzuddin bin Abdus Salam, puasa mengingatkan mereka yang berpuasa pada rasa lapar dan hausnya ahli neraka. Sehingga mereka yang berpuasa termotivasi untuk memperbanyak dan meningkatkan ketaatan kepada Allah SWT agar terselamatkan dari neraka.
  6. شكر عالم الخفيات (bersyukur kepada Dzat Yang Maha Mengetahui hal-hal yang samar)
    Sebuah kenikmatan bisa dirasakan betapa besar nilai di saat kenikmatan tersebut hilang/ tidak ada. Ketika berpuasa, manusia akan merasakan betapa besarnya nikmat kenyang dan hilangnya rasa haus. Sehingga dengan berpuasa, manusia akan mensyukuri nikmat yang kenyang yang diberikan oleh Allah SWT.
  7. الانزجارعن خواطرالمعاصي والمخالفات ( Mencegah diri dari perbuatan maksiat dan menyimpang)
    Menurut Izzuddin bin Abdus Salam, orang yang kenyang lebih berpotensi untuk bermaksiat. Namun di saat lapar dan haus fokusnya lebih pada mencari makanan dan minuman. Tentunya lapar yang dimaksud adalah lapar karena berpuasa.

Tujuh hikmah puasa tersebut memberikan pelajaran yang sangat penting bagi kita bahwa berpuasa bukan hanya sekedar menahan rasa lapar dan haus, tetapi lebih dari itu, ibadah puasa menjadi sarana pendidikan akhlak dan latihan jiwa. Puasa merupakan sarana bagi kita untuk menjadi manusia yang berkualitas secara spiritual, moral, dan sosial. Secara spritual, kita semakin meningkatkan ketaatan kita kepada Allah SWT. Secara moral, kita melatih diri untuk memperbaiki akhlak. Dan secara sosial, menambah kepekaan kita kepada sudara kita yang kekurangan.

Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. Taktsiru al-shadaqat (memperbanyak sedekah) adalah salah satu hikmah ibadah puasa. Tentunya Ramadhan adalah momentum yang istimewa untuk berbagai kepada sesama. Sedekah tidak mesti harus berbentuk materi, tetapi bisa tenaga dan rasa peduli yang besar terhadap orang lain. Menyalurkan (menjadi amil) sedekah dari pemberi kepada si penerima adalah sedekah.

Mohammad Suud
PAIH Pademawu

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *