
Masa usia dini disebut sebagai masa keemasan atau the golden age karena masa usia dini adalah suatu periode dimana anak memiliki kepekaan yang luar biasa, maka the golden age disebut juga masa peka. Masa peka ini merupakan masa paling istimewa dalam rentang kehidupan manusia karena the golden age hanya terjadi sekali seumur hidup dan hanya ada pada masa usia dini yaitu pada rentang umur 0 – 7 tahun. The golden age tidak bisa dilewatkan dengan sia-sia tanpa ada stimulasi dari lingkungan dan dari berbagai pihak, karena pada masa ini individu mudah menerima berbagai stimulasi dari lingkungan.
Islam adalah agama yang memiliki ajaran yang lengkap dan sempurna tidak terkecuali pandangannya tentang anak usia dini. Anak sebagai anugerah dan titipan dari Allah yang harus betul-betul mendapatkan perhatian yang serius karena generasi umat islam ditentukan oleh kualitas manusia sejak usia dini. Maka disini ada beberapa hal penting yang harus dipahami tentang bagaimana Islam memberikan perhatian dan pandangannya mengenai anak usia dini.
- Anak terlahir dalam keadaan fitrah
Islam memandang anak sebagai individu yang terlahir dalam keadaan fitrah dan dalam tahapan perkembangan selanjutnya ditentukan oleh peran lingkungan terutama orang tua dalam membentuk menjadi pribadi yang taat dan religius. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah Radhianlahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa sallam bersabda
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi, majusi, atau nasrani” (HR. Bukhari No.1319 Muslim No. 2658).
Hal ini juga dijelaskan dalam sebuah teori tabularasa yang menyatakan bahwa anak terlahir dalam keadaan seperti kertas putih bersih. Lingkungan yang akan menentukan apakah kertas tersebut mau diberi tulisan/coretan, mau diisi gambar, atau bahkan diberi warna. Ini menunjukkan bahwa anak masih perlu mendapatkan perhatian dan bimbingan dari orang-orang di lingkungan sekitar terutama dari lingkungan keluarga yang paling penting dan dominan dalammembentuk kepribadian anak menjadi manusia yang bermanfaat dan bermartabat di dunia dan di akhirat kelak.
- Memberikan stimulasi dan pendidikan
Islam juga memerintahkan agar kita bisa mendidik anak dengan baik dan benar, memiliki karakter dan sikap keagamaan yang memadai. Maka dari itu berbagai stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak baik fisik maupun psikisnya harus dimulai sejak masa usia dini. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam QS. An-Nisaa’ ayat 9 :
وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖفَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar”.
Stimulasi fisik yaitu dengan memenuhi kebutuhan fisiologisnya seperti makanan, minuman, dan pakaian. Sedangkan pada aspek psikis berkaitan dengan kebutuhan rohani seperti memberikan pendidikan agama, budi pekerti, dan moral.
Lebih lanjut Islam memandang bahwa anak merupakan investasi bagi orang tua, bangsa, dan terutama agama. Maka Islampun sangat memperhatikan tentang pentingnya pendidikan anak sejak usia dini karena dengan memberikan bimbingan dan pendidikan pada anak juga bernilai ibadah dan termasuk salah satu bentuk perjuangan orang tua di jalan Allah.
- Anak sebagai cobaan/ujian
Disisi lain anak bisa menjadi ladang pahala dan dosa bagi orang tua karena anak juga sebagai bentuk cobaan dan ujian yang Allah berikan kepada orang tua. Allah berfirman dalam QS. Al-Anfal ayat 28 :
وَاعْلَمُوْٓا اَنَّمَآ اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۙوَّاَنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗٓ اَجْرٌعَظِيْمٌ
“Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar”.
dan QS. At-Taghabun ayat 15 :
اِنَّمَآ اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۗوَاللّٰهُ عِنْدَهٗٓ اَجْرٌ عَظِيْمٌ
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan disisi Allah pahala yang besar”.
Menjadi ladang pahala bagi orang tua apabila mereka mampu mendidik dan mengantarkan anak menjadi insan yang taat beragama dan sebaliknya menjadi ladang dosa apabila menyia-nyiakan dan menelantarkan anak dan tidak memberikan pendidikan agama yang baik. Setiap sikap dan perilaku orang tua pada anak akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak.
- Diperintahkan untuk bersikap lemah lembut dan penyayang pada anak
Pada dasarnya anak usia dini adalah sosok individu yang belum mengenal lingkungan sekitar dan tidak tahu apa-apa. Anak hanya sebagai miniatur orang dewasa yang lebih banyak meniru sikap dan tingkah laku orang dewasa di sektarnya. Anak belajar dengan meniru dan mencontoh apa yang sering dilihat dan didengarnya. Maka dalam hal ini Islam juga memberikan tuntunan bagaimana seharusnya memberikan contoh sikap pada anak usia dini yaitu dengan sikap lemah lembut sebagaimana apa yang dicontohkan oleh Rasulullah ketika menegur anak angkatnya bernama Abu Hafsh dengan berkata :
“Wahai anakku, ucapkan bismillah sebelum engkau makan dan makanlah menggunakan tangan kanan serta ambillah hidangan yang terdekat denganmu” (HR.Thabrani)
Pada riwayat yang lain diceritakan ;
“Ada seorang Badui mendatangi Rasulullah dan bertanya, ‘Apakah engkau mencium anak-anak kecil, sungguh kami tidak mencium?’ Maka beliau menjawab “Apakah harus aku biarkan engkau agar Allah menghilangkan rasa kasih dan sayang dari hatimu?” (HR. Muslim)
Pada hadits yang lain dari Aisyah Radhiallahu ‘Anha, Rasulullah Shallallhu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
“Sungguh di dalam surga itu ada rumah yang disebut rumah kebahagiaan yang tidak dimasuki kecuali orang yang membahagiakan anak-anak kecil” (HR. Imam Abu Ya’la).
Wallahu A’lam