
Oleh: SAMSUL AR
(Penyuluh Agama Islam Kec. Pegantenan)
Berbagai cara dilakukan oleh kaum radikal untuk terus memprovokasi pengguna media sosial agar tidak sepaham dan sependapat dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengolok-ngolok kegiatan negara, mengadu domba, menyebarkan ujaran kebencian, menyebar ketakutan bagi masyarakat umum.
Provokasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna perbuatan untuk membangkitkan kemarahan, tindakan menghasut, penghasutan dan pancingan. Sedangkan orang yang melakukan provokasi disebut provakor.
Virus corona yang melanda seluruh bangsa-bangsa di dunia termasuk di Indonesia dijadikan kambing hitam dan alat untuk selalu dicari kesalahan dan keteledoran bangsa Indonesia dalam menangani kasus virus corona. Misalnya mengatakan bahwa virus corona hanya isu belaka agar anggaran untuk kesehatan lebih besar dan tulisan-tulisan provokatif lainya yang tersebar di dunia maya.
Konten provokatif yang tersebar di berbagai media sosial bagian dari strategi kaum radikal untuk meracuni pikiran masyarakat luas agar saling curiga, saling tuduh menuduh dan tidak percaya antar sesama bangsa dan Negara Indonesia.
Di tengah bangsa Indonesia berjuang untuk melawan virus corona. Kaum radikal menambah isu-isu yang menakutkan masyarakat secara umum. Di bulan romadhan, tersebarlah isu akan terjadi dukhan (kabut) pada tanggal malam jum’at 15 romadhan 1441 H yang tersebar di kanal youtube, whatsApp dan Media lainnya. Isu dukhan ini menjadi viral di dunia maya. Tidak sedikit masyarakat maya mengamini isu dukhan ini. Akibatnya banyak masyarakat merasa ketakutan, kegetiran dan kekhawatiran.
Isu-isu provokatif, menakutkan dan menyeramkan ini sering kali dijadikan alat oleh kaum radikal untuk mengelabuhi dan mempengaruhi pembaca di dunia maya. Terlebih kaum radikal menggunakan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan Hadist Nabi sebagai taming (cocokologi) dengan isu-isu yang dikembangkan sendiri. Maka banyak orang yang percaya dan bahkan menjadi pengikut kaum radikal yang setia.
Padahal, Agama Islam menganjurkan pengikutnya untuk mempermudah, memberikan kabar gembira dan menyenangkan. Sebagaimana dalam sebuah Hadis Nabi yang artinya “ permudahlah dan jangan persulit, gembirakanlah dan jangan mengancam (HR. Bukhari dan Muslim)”. Ancaman dengan adanya isu kiamat membuat manusia menjadi pesimis, gundah gulana dan malas untuk bekerja. Padahal Islam mengajarkan pengikutnya untuk selalu menyebarkan kebaikan, berbuat baik dan menanam kebaikan walaupun akan terjadi kiamat besok hari.
Cara strategi kaum radikal mengancam dan menakut-nakuti pembaca dunia maya. Kaum radikal ingin menanamkan ideologi radikal agar dapat mengganti sistem pemerintahan yang sah dengan sistem khilafah yang dianggap lebih mempan yang menjadi core dari visi-misi mereka. Padahal sistem khilafah yang ditawarkan merupakan sistem pemerintahan semu yang tidak sesuai tuntunan ajaran Islam dan Negara.
Semua yang digembor-gemborkan hanyalah strategi kaum radikal agar menarik minat pembaca di dunia maya untuk menjadi pengikut setianya yang taat dan loyal. Baru kemudian, pengikut setianya dapat mengorbankan harta benda sebagai bentuk dukungan dan kesetiaan kepada junjungan kaum radikal.
Kedangkalan pengetahuan mengakibatkan fanatisme buta sebagaimana diungkap oleh M. Quraisy Syihab menjadikan sementara orang menolak tuntunan agama yang lahir dan diperlukan dalam situasi yang sedang dihadapi masa kini (Shihab, 2020: 89). Bahkan, sejumlah kasus bom bunuh diri, pengrusakan terhadap tempat-tempat ibadah terjadi akibat minimnya pengetahuan, terlebih pengetahuan keagamaan. Implikasinya, pengikut kaum radikal berani mengorbankan nyawa agar visi-misi kaum radikal berjalan dengan lancar. Maka, ujung-ujungnya aksi bom bunuh diri juga dilakukan oleh pengikutnya. Na\’uzubillah. Padahal apa ditawarkan oleh kaum radikal merupakan ijtihad dangkal yang menghalalkan segala cara agar bangsa Indonesia bercerai berai.
Menolak paham intoleransi, paham Radikalisme dan paham terorisme baik dari dunia maya ataupun dunia nyata yang belum tentu benar kenyataannya karena paham-paham seperti kaum radikal ini lebih suka apabila bangsa Indonesia bertikai, tidak bersatu dan saling curiga. Itulah tujuan utama mereka dalam melaksanakan aksi-aksi radikalnya.
Oleh karena itu, pengguna media sosial harus cerdas dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan berhati-hati dan selalu waspada dengan berita-berita dan informasi yang bertebaran di dunia maya. Karena berita, artikel dan semua yang dilakukan oleh kaum radikal hanya untuk memprovokasi pembaca agar tidak patuh aturan yang ditelah sah disepekati bersama.
Tentunya, saling menasehati dan mengingatkan merupakan salah satu cara agar masyarakat lebih cerdas tidak mudah percaya dan terprovokasi dengan isu-isu yang bertebar di era milenial ini. Terlebih pada saat pandemi covid-19. Wallahu a’lam.