Perayaan Kenaikan Yesus Kristus di Gereja Maria Ratu Para Rasul Pamekasan: Penyuluh Agama Islam Turut Hadir, Perkuat Moderasi dan Toleransi Beragama

Pamekasan — Gereja Katolik Maria Ratu Para Rasul yang berlokasi di Jl. Jokotole No. 2, Barurambat Kota, Kecamatan Pamekasan, menjadi pusat perayaan Kenaikan Yesus Kristus ke surga pada Kamis (29/5). Ibadah yang berlangsung sejak pukul 17.00 WIB ini dihadiri oleh sekitar 300 umat Katolik yang datang dengan penuh antusias dan kekhusyukan.

Perayaan dipimpin langsung oleh Romo Hendrikus Dili, O.Carm, yang dalam khotbahnya menekankan pentingnya meneladani semangat kasih dan pengorbanan Yesus Kristus. Kegiatan ini tak hanya menjadi momentum spiritual bagi umat Katolik, tetapi juga menjadi ruang perjumpaan lintas agama.

Menariknya, dalam kesempatan ini turut hadir Siti Farida, Penyuluh Agama Islam Kecamatan Proppo, sebagai bentuk dukungan nyata terhadap penguatan moderasi beragama. Kehadiran Farida merupakan bagian dari upaya menjalin silaturahmi lintas agama serta memperkuat kerukunan antarumat beragama di wilayah Pamekasan.

Dalam wawancara yang dilakukan, Romo Hendrikus menyampaikan apresiasi atas kunjungan tersebut. “Kami sangat bersyukur atas kedatangan Ibu Farida. Ini menunjukkan bahwa semangat kebersamaan dan toleransi benar-benar hidup di tengah masyarakat kita. Kami percaya, selama ada saling menghormati, kita akan selalu hidup rukun,” ujarnya.

Farida sendiri menjelaskan bahwa kunjungan ini merupakan bagian dari upaya memperkuat sinergi antar tokoh agama dan umat beragama di Pamekasan. “Kami ingin menunjukkan bahwa ajaran agama Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan perdamaian. Perbedaan iman bukan alasan untuk menjauh, tetapi justru menjadi ladang untuk saling mengenal dan menghargai,” ungkapnya.

Dengan koordinasi yang baik dari panitia, khususnya Koordinator Tata Tertib, Lenny Kristina, perayaan berjalan tertib dan lancar. Momentum ini menjadi bukti nyata bahwa Pamekasan mampu menjadi contoh harmoni keberagaman di tengah dinamika kehidupan masyarakat yang plural.

Melalui kegiatan ini, benih toleransi dan persaudaraan kembali diteguhkan. Sebuah pesan kuat disampaikan: bahwa hidup berdampingan dalam damai bukan sekadar wacana, tetapi bisa diwujudkan dengan tindakan konkret dan niat tulus dari semua pihak.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *