PUASANYA ORANG KHUSUS

\"\"

Oleh :
Moh. Lutfi, S. Hum., M. Pd.
Penyuluh Agama Islam Kantor kementerian agama Kabupaten Pamekasan.

Imam Al-Ghazali membagi orang berpuasa dalam tiga tingkatan yaitu, puasanya orang awam, puasanya orang khusus dan puasanya khususnya orang khusus.
Puasa orang awam adalah menahan makan dan minum dan menjaga kemaluannya darr dorongan syahwat. Puasanya orang khusus adalah selain menjaga makan dan minum serta menahan syahwat, menahan pendengaran, pandangan, ucapan, gerakan tangan dan kaki dari segala bentuk dosa. Sedangkan puasa khususnya orang khusus adalah puasanya hati demi kepentingan jangka pendek dan pikiran-pikiran duniawi serta menahan segala hal yang dpt memalingkan dirinya pada selain Allah SWT.
Menurut imam Al-Ghazali ada enam puasanya orang khusus:

  1. Menundukkan pandangan dan mencegah keinginan untuk memperluas penglihatan pada segala hal yang tercela serta yang dapat melakukannya dari mengingat Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda \” pandangan adalah salah satu panah iblis \” ( HR. Al-Hakim, al-mustadariok (4/349).
  2. Menjaga lidah dari berbihong, ghibah, berkata keji, kasar dan segala hal yang dpt menjauhkan dari mengingat selain Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda. \”Puasa adlh benteng, jika dari kalian seseorang sedang berluasa, maka janganlah kalian berkata keji dan bersikap bodoh. Jika ada orang yang mengajaknya berselisih atau mencacinya, maka katakanlah, sesungguhnya saya sedang berpuasa\”. (HR. Bukhori, bab puasa (1894). Muslim, bab puasa (163).
  3. Mencegah pendengaran dari mendengarkan segala hal yang dibenci. Allah SWT berfirman ,\” mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram\”. (QS. Al-Maidah [5]: 42).
  4. Mencegah anggota tubuh lainnya dari berbuat dosa, khususnya kedua tangan dan kaki. Juga mencegah perut dari memakan hal-hal yang syubhat. Rasulullah SWT bersabda,\”betapa banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan pahala dari puasa tersebut kecuali hanya dapat rasa lapar dan haus. ( HR. An-Nasa\’i dalam kitabnya as-Sunnah (3249); Ibn Majah (1690).
  5. Tidak memperbanyak makan makanan yang halal saat berbuka karena maksud dari puasa sendiri adalah meredam hawa nafsu untuk menjadikan diri sebagai jiwa-jiwa yang bertaqwa.
  6. Setelah berbuka hatinya berada diantara perasaan penuh harap dan takut kepada Allah SWT.

Kira-kira anda berada ditingkatan yang mana? Hanya Allah yang maha mengetahui. Kita berdo\’a mudah-mudahan posisi kita minimal berdasarkan pada tingkatan orang khusus. Bersyukur jika sudah mencapai derajat puasa khususnya orang khusus.
Semoga dengan adanya artikel ini kita semakin giat beribadah dan kelak dimasukkan di surganya Allah SWT. Amin ya rabbal a\’lamin…

Pamekasan, 3 Ramadhan 1441 H / 26 April 2020

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *